Kemerdekaan sejati sebuah bangsa tidak hanya diukur dari kedaulatan politik, tetapi juga dari kemampuan warganya untuk mencapai potensi penuh, terlepas dari latar belakang sosial atau ekonomi. Dalam konteks ini, menggagas ulang kemerdekaan berarti menempatkan pendidikan sebagai gerbang utama mobilitas sosial. Pendidikan harus menjadi alat pembebas yang memungkinkan setiap individu naik kelas, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi secara maksimal bagi pembangunan negara. Artikel ini akan membahas mengapa pendidikan adalah kunci mobilitas sosial dan bagaimana kita dapat menggagas ulang kemerdekaan melalui sistem pendidikan yang lebih inklusif dan adil.
Secara historis, pendidikan telah terbukti menjadi salah satu pendorong terbesar mobilitas sosial. Bagi banyak keluarga, kesempatan anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi adalah harapan untuk memutus rantai kemiskinan dan meningkatkan status sosial. Namun, di banyak negara, termasuk Indonesia, pendidikan seringkali masih menjadi arena reproduksi kelas, di mana akses dan kualitas pendidikan yang diterima cenderung ditentukan oleh status ekonomi orang tua. Anak-anak dari keluarga kurang mampu seringkali kesulitan mengakses pendidikan berkualitas, yang pada akhirnya membatasi peluang mereka di masa depan. Sebuah studi dari Pusat Data dan Informasi Pendidikan Nasional pada tahun 2023 menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah di jenjang perguruan tinggi masih didominasi oleh kelompok ekonomi menengah ke atas.
Untuk benar-benar menggagas ulang kemerdekaan dan menjadikan pendidikan sebagai gerbang mobilitas sosial, diperlukan perubahan paradigma yang mendalam. Ini bukan hanya tentang memperbanyak jumlah sekolah, tetapi juga memastikan kualitas yang merata dan akses yang setara untuk semua. Kebijakan pemerintah, seperti program beasiswa Bidikmisi atau afirmasi pendidikan, adalah langkah-langkah konkret untuk membuka gerbang ini. Selain itu, kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan pengembangan keterampilan abad ke-21 juga sangat penting agar lulusan memiliki daya saing yang tinggi. Pada Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Bapak Dr. Ir. Budi Hartono, M.Sc., dalam pidatonya menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja.
Lebih dari itu, menggagas ulang kemerdekaan juga berarti memastikan bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif, tetapi juga pada pengembangan karakter, keterampilan sosial, dan kepemimpinan. Ini akan membantu siswa tidak hanya meraih kesuksesan finansial, tetapi juga menjadi individu yang berintegritas dan peduli terhadap sesama. Pada tanggal 18 Juli 2024, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia, banyak pendidik setuju bahwa pendidikan karakter harus menjadi prioritas utama. Dengan demikian, menjadikan pendidikan sebagai gerbang mobilitas sosial adalah cara fundamental untuk menggagas ulang kemerdekaan, menciptakan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan maju.
